+90 (507) 626 1394 usrahturkey@gmail.com

Sunday, July 27, 2014

Muhammad al-Fatih dan Kontribusinya dalam Pendidikan

2:40 AM

Share it Please
Masa pemerintan Muhammad al-Fatih bin Murad memberikan arti dan peranan yang sangat penting dalam perkembangan dan kemajuan pendidikan kekhalifahan Turki Ustmaniyyah. Setelah Sultan Muhammad II menaklukkan Istanbul hal pertama yang segera dilakukan selain rekonstruksi kota dan pembangunan ekonomi adalah membangun pusat-pusat pendidikan.
Sehari setelah penaklukkan Istanbul yaitu pada tanggal 30 Mei 1453 hari rabu, masjid Ayasofya dan Zeyrek (Pantakrator) secara bersamaan difungsikan sebagai pusat aktivitas pendidikan. Selain itu, Muhammad al-Fatih juga mendirikan Dârü’l-Fünûn yang menjadi cikal bakal Istanbul University pada tahun yang sama.Sepanjang sejarah, bangsa Turki memang memberikan kontribusi yang besar terhadap dunia pendidikan ummat Islam. Pada tahun 1076 Nimazmulmulk raja imperium Seljuk mendirikan Madrasah Nizamiye yang kemudian menjadi inspirasi daulah Ustmaniyyah untuk membuka madrasah-madrasah selanjutnya. Pada masa imperium Seljuk, ada beberapa madrasah yang didirikan di Anatolia antara lain :
  1. Madrasah Sırçalı di Konya
  2. Madrasah Karatay di Konya
  3. İnce Minareli di Konya
  4. Madrasah Gök di Sivas
Madrasah pertama yang didirikan oleh Turki Ustmaniyyah dibangun oleh Orhan Gazi di İznik. Di Bursa, Çelebi Mehmet mendirikan sebuah madrasah yang bernama Madrasah Sultaniye, madrasah tempat guru Muhammad al-Fatih Molla Hayrettin dibesarkan. Sedangkan pada pemerintahan sultan Murad II kota Manisa menjadi pusat pendidikan.

Pendidikan al-Fatih

Kerajaan memberikan perhatian khusus kepada pendidikan paraşehzade (pangeran). Sistem pengajaran dan pendidikan seperti bahasa, musik, seni, hukum di dalam istana pertama kali dilakukan oleh Sultan Murad II. Demikianlah para pangeran yang akan menjadi sultan di kemudian hari disiapkan. Muhammad al-Fatih dibesarkan pada masa gemilang pendidikan Turki Ustmaniyyah. Dalam bidang politik, gaya dan pemikiran Muhammad II sangat dipengaruhi oleh ayahnya sultan Murad II.
Muhammad al-Fatih pertama kali belajar kepada Molla Gürânî seorang guru spiritual asal Mesir yang hijrah ke İstanbul. Molla Gürânî mendampingi, mendidik dan memberikan nasihat kepada Muhammad al-Fatih sepanjang hayatnya. Molla Gürânî juga sangat memperhatikan halal dan haram makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh Muhammad al-Fatih.
Selain Molla Gürânî, guru-guru seperti Molla Hüsrev, Hoca Zâde, Hızır Bey Çelebi, Ali Tûsî, Molla Zeyrek, Sinan Paşa, Molla Lütfi, Fahreddin al-Ajami, Hoca Hayrettin memberikan perhatian kepada perkembangan dan masa depan Muhammad al-Fatih. Kepada dan bersama alim ulama’ seperti merekalah Muhammad al-Fatih hidup tumbuh dan berkembang.
Dari semua alim ‘ulama di atas, terdapat seorang hoca (guru spiritual) yang mendidik, mengarahkan dan mempersiapkan Muhammad al-Fatih sebagai sang penakluk İstanbul (Konstantinopel) yaitu Akşamsettin. Akşamsettin membentuk karakter pemimpin yang kuat dan islamis pada diri Muhammad al-Fatih, sehingga terbentuklah Muhammad II yang jauh dari kemaksiatan, mabuk dan senantiasa menjaga sholat malamnya.
Muhammad al-Fatih sangat menyukai bidang-bidang keilmuwan seperti kedokteran, ilmu sains dan filsafat. Muhammad al-Fatih tidak hanya menggunakan ilmu militer untuk memcahkan dan memenangkan pertempuran, tetapi juga menggunakan ilmu seni dan sastra.

Kontribusi Muhammad al-Fatih Kepada Pendidikan

Muhammad al-Fatih senantiasa disibukkan dengan belajar sepanjang hayatnya. Memberikan penghormatan kepada alim ‘ulama serta mengambil penting urusan pendidikan masyarakat.
Ketika Orhan Bey membangun sebuah madrasah di İznik dan Bursa, Murat Bey di Bursa, Beyazıt Yıldırım, Çelebi Mehmet dan Murad II di Bursa dan Edirne, Muhammad II membangun 16 madrasah setelah menaklukkan İstanbul.
Muhammad al-Fatih memberikan perhatian tinggi kepada ilmu-ilmu bahasa asing. Sehingga ia berkeinginan untuk banyak menerjemahkan karya-karya dalam bahasa-bahasa seperti bahasa Yunani dan Latin ke dalam bahasa Turki.

Cevdet Paşa dalam karyanya yang berjudul Tarih-I Cevdet mengatakan “Karena Muhammad al-Fatih sangat memperhatikan masalah pendidikan, İstanbul dipenuhi dengan para ilmuwan dari berbagai penjuru dunia sehingga ia mendirikan Dârü’l-Fünûn”.
Setelah menaklukkan imperium Trabzon, Muhammad II juga menjadikan seorang alim Romawi yang bernama Yorgi Amirkus sebagai pendamping untuk membuat peta dunia berdasarkan letak geografi Batlamyus.
Banyak lagi yang Muhammad al-Fatih kontribusikan dalam bidang ilmu dan pendidikan.

Madrasah-madrasah Pada Masa Muhammad al-Fatih

Setelah menaklukkan İstanbul (Konstantinopel), Muhammad II segera membangun İstanbul sebagai pusat ilmu dan peradaban dunia. Sebanyak 8 (delapan) gereja di İstanbul segera dirubah menjadi madrasah.
Tentunya, kegiatan belajar mengajar di gereja belum bisa mendukung kebutuhan alim ‘ulama dan masyarakat. Maka daripada itu, antara tahun 1463-1471 dibangunlah Fatih Külliyesi yaitu sebuah kompleks besar yang terdiri atas sebuah masjid dan dua madrasah yang berdampingan yaitu madrasah Sahn-ı Seman dan Tetimme, sebuah Darüttalim (Muallimhane) yaitu sekolah dasar, perpustakaan dan administrasi. Serta sebuah Darüşşifa atau rumah sakit.
Beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa pada periode Muhammad al-Fatih terdapat 3 (tiga) buah gereja yang dialihfungsikan sebagai madrasah yaitu madrasah Ayasofya, Zeyrek dan Sahn-ı Seman (Madrasah Fatih).
Guru pertama di madrasah Ayasofya adalah Molla Hüsrev. Ia memiliki kitab fikih yang bernama Dürer ve Gurer.
Muhammad al-Fatih juga melakukan pengawasan terhadap perkembangan para talebe atau siswa yang lulus dari Fetih Külliyesi. Nama-nama, kondisi dan tugas-tugas yang mereka ambil dalam pemerintahan semua tertulis dalam sebuah kitab miliknya.
Para ulama Turki Ustmaniyyah diutus oleh Muhammad II ke Semerkand (daerah antara Türkmenistan dan Uzbekistan) serta mendatangkan Ali Kuşçu Türkistanî sebagai pengajar matematika dan astronomi di Istanbul.

Gaji dan Petugas Madrasah

Sahn-ı Seman atau Madaris-i Semaniye yang terdapat 8 (delapan) tingkatan/kelas memiliki 19 ruangan. Di sini terdapat 8 (delapan)müderris guru besar yang masing-masing disediakan sebuah ruangan dengan 50 orang pelayan sehari-hari.
Di setiap madrasah tersebut, setiap ruangan disediakan 5 (lima) orang pelayan yang bertugas untuk menyediakan makanan, roti dan minuman yang satu diantaranya menjadi muîd atau dosen. Selain itu, pada setiap 15 ruangan juga disediakan 2 (dua) orang danışmendasisten dosen yang sedang belajar.
Dua ruangan sisanya diperuntukkan kepada petugas kebersihan dan penjaga pintu. Muîd atau danışmend yang sudah lulus dan memiliki kemampuan yang besar dan hebat akan diberikan tugas untuk mengulang pelajaran yang diberikan oleh müderris atau guru besar di madrasah kepada para siswa. Ini dapat diartikan sebagai staj dan latihan untuk mereka.
Di Sahn-ı Seman terdapat 8 (delapan) müderris guru besar, 8muîd dosen dan 120 orang siswa yang tinggal di asrama. Di belakang Sahn-ı Seman terdapat madrasah Tetimme yang memiliki 15 siswa dan masing-masing diberikan seorang pelayan.
Madrasah Tetimme atau Mûsıla-i Sahnı adalah sebuah madrasah tingkat tengah atau tsanawiyyah. Setiap madrasahnya memiliki 11 ruangan yang ditempati 3 (tiga) orang siswa. Di Tetimme yang bertugas memberikan pelajaran adalah para muîd dan danışmend.
Muhammad al-Fatih memberikan gaji yang paling besar kepada para guru-guru. Hal ini diatur dalam undang-undang ‘Kanun-Name-i Al-i Osman’.

Tingkatan/Kelas Madrasah

Muhammad al-Fatih juga membangun madrasah di samping masjid Ayasofya dan Eyüp Sultan. Setelah dibangunnya Sahn-ı Seman undang-undang Turki Ustmaniyyah tentang sistem pendidikan pun dilakukan perubahan. Perubahan tersebut diantaranya adalah pembagian dan penentuan tingkatan/kelas, antara lain :
  1. Madrasah-madrasah Haşiye-i Tecrid
  2. Madrasah-madarah Miftah
  3. Madrasah Kırklı
  4. Madrasah Ellili
  5. Sahn-ı Seman
  6. Madrasah Altmışlı
Siswa yang mengerti mambaca dan menulis harus mendapat ijazah dari madrasah Haşiye-i Tecrid. Setelah itu berdasarkan urutannya, naik ke tingkat madrasah Miftah dan Kırklı. Ijazah yang didapat akan menentukan derajat atau tingkatan selanjutnya yaitu Ellili atau Sahnı-ı Seman. Guru-guru yang hendak mengajar di madrasah-madrasah tersebut akan diberikan ujian oleh Muhammad al-Fatih sendiri.

Program Belajar di Madrasah

Menurut Hüseyn Atay, Muhammad al-Fatih selain membangun madrasah yang dinamai dengan namanya sendiri juga menyusun program-program utama madrasah tersebut, termasuk kitab-kitab mana yang harus diajarkan oleh para guru kepada murid-murid. Sisanya, ilmu-ilmu cabang akan secara otomatis diajarkan oleh para guru dan muîd.


Darüşşifa selain dipusatkan untuk aktivitas rumah sakit, juga dijadikan pusat belajar kedokteran dan kesehatan. Salah seorang ulama yang masyhur adalah Kutbüddin.

Bahasa Pelajaran

Bahasa utama di dalam pelajaran adalah bahasa Arab, sedangkan bahasa Turki digunakan untuk memperjelas penerangan dan diskusi. Tetapi, setelah abad ke-14 madrasah-madrasah menggunakan bahasa Turki sebagai bahasa utama. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerjemahan kitab-kitab ke dalam bahasa Turki dilakukan pada masa Muhammad al-Fatih.


Kesimpulan

Sebuah rahasia Muhammad al-Fatih seperti penaklukkan İstanbul adalah pendidikan dan budaya yang didapat oleh Muhammad al-Fatih di masa kepemimpinan ayahnya sultan Murad II. Selain kondisi lingkungan yang baik dihadirkan pada masa kepemimpinan Murad II, Muhammad al-Fatih merupakan sosok yang sangat serius dalam mencapai tujuan dan cita-cita besarnya. Hal ini dapat kita simpulkan melalui kebijakan-kebijakan cepat dan tepat Muhammad al-Fatih dalam merekonstruksi pendidikan. Di mana, pendidikan dipandangnya sebagai sarana yang paling tepat untuk membentuk manusia dan peradaban yang tangguh.

1 comments:

  1. Muhammad al-Fatih memberikan kontribusi yang banyak untuk perkembangan peradaban dunia. Adalah tugas kita untuk mempelajari kembali formula-formula yang tertinggal pada zamannya untuk diolah sedemikian rupa di masa yang akan datang.

    ReplyDelete