+90 (507) 626 1394 usrahturkey@gmail.com

Monday, November 3, 2014

Kemari, Ayo Minum Teh!

12:48 PM

Share it Please
Çay (teh) adalah satu hal yang tak pernah lepas dari Masyarakat Turki. Ia terus mengisi gelas-gelas kosong mulai pagi hingga tengah malam, bahkan sampai pagi kembali. Tidak peduli di gedung parlemen, kantor, sekolah, maupun di rumah, teh selalu menemani keseharian mereka. Setiap ada yang datang bertamu pun, paling tidak segelas teh pasti disuguhkan.

Ini Teh Turki!

Bukan teh Turki namanya jika prosesnya instan, alias hanya dicelup-celup dalam segelas air panas. Orang Turki selalu menyeduh teh dengan merebus dedaunan teh dalam teko khas Turki yang disebut demlik. Saat teh benar-benar masak, ampas teh akan mengendap di dasar demlik. Bedanya dari yang lain, teh Turki disajikan tanpa melalui proses penyaringan supaya keutuhan rasa tetap terjaga. Kemudian teh dituang ke dalam gelas dan ditambah air mendidih dengan takaran sesuai selera, mau teh yang bening atau pekat. Rata-rata orang Turki sendiri lebih menyukai teh yang pekat.

Ada sebutan khusus untuk teh Turki pada umumnya, yakni tavşan kanı çay. Artinya teh darah kelinci! Mengapa dinamakan seperti itu? Kebanyakan orang mengira dikarenakan kepekatan teh yang seperti darah ataupun warnyanya yang kemerahan. Padahal bukan seperti itu. Nama tavşan kanı çay diambil dari kelimpahan teh yang identik dengan keberkahan. Teh Turki mengalir tiada henti dalam sehari, persis seperti kelinci hasil buruan yang ternyata darahnya baru habis setelah dibiarkan sehari. Maka dari itu, tavşan kanı çay ini sebenarnya bermakna teh yang pernuh berkah.

Rahasia di Balik Gelas

Gelas ini biasa disebut ince belli, maknanya berpinggang langsing. Pertama kali saya melihatnya di Turki, saya fikir ini hanya seni semata. Namun faktanya, desain gelas tersebut memiliki arti dan fungsi yang menarik untuk kita simak.

  1. Dibuat dari kaca yang transparan, supaya lebih mudah untuk mengatur kepekatan saat menuangkan teh ke dalam gelas.
  2. Cekungan di atas disebut dudak payı, yakni jatah bibir. Gunanya ialah memberikan kenyamanan lebih saat kita menyeruput teh. Ia juga memudahkan kedua jari untuk memegang gelas saat teh sedang panas-panasnya.
  3. Lekukan di bagian tengah sengaja didesain agar mudah untuk digenggam pada musim dingin, sehingga panasnya teh bisa menghangatkan tangan, kemudian menjalar ke seluruh badan.
  4. Cembungan di dasar gelas menjaga suhu teh di bagian bawah, sehingga sampai tetesan terakhir pun teh senantiasa hangat. Berbeda saat kita meminum teh dengan gelas biasa, di tegukan terakhir biasanya teh sudah tidak hangat lagi.
  5. Bentuk kesuluruhan melambangkan sebuah tanaman khas Turki, keindahan yang selalu menghiasi taman-taman kota di musim semi. Ialah Lale, yang mana kita sendiri biasa menyebutnya dengan Bunga Tulip.
Bunga Tulip

Teh Sebagai Penjalin Ukhuwwah

Yang menarik di Turki, teh tidak pernah diminum sendirian. Selalu ada minimal satu orang untuk diajak bercengkrama. Çay adalah simbol keterikatan serta ketertarikan diri untuk merajut hubungan dengan saudaranya, entah sudah lama saling mengenal atau bahkan baru kali itu juga bersua. Dengannya mereka saling menghangatkan, saling mengakrabi.

***

Malezya? Endonezya?” Ya, begitulah kebanyakan sesepuh di Turki memulai obrolan bersama orang berwajah melayu seperti saya. Dalam hati berkata, pasti bapak ini sudah pernah haji. Memang kebanyakan mereka mengenal orang melayu saat beribadah haji. Sebenarnya tak hanya mengenal, bahkan mereka cinta. Kita orangnya ramah dan murah senyum, katanya. Itu sebabnya mudah bagi mereka untuk menerka negara asal kita.

Evet, Amca (Ya, Paman). Lebih tepatnya, saya dari Indonesia.”

“Tuh kan saya nggak salah tebak. Saya cinta sekali dengan rombongan haji kalian, orangnya bersih dan barisannya selalu rapih. Yang paling saya suka adalah keramahan kalian, selalu memberi ruang kepada kami saat kami kebingungan karena belum mendapat barisan. Moga Allah ridha.”

Saya senyum sendiri saat pendahulu kita dipuji, sungguh mereka telah mejadi teladan yang baik. Semoga kami sebegai generasi penerus bisa mewakili Muslim Indonesia dengan lebih baik lagi di Bumi Usmani.

“Jadi, sedang apa kamu di Turki?” lanjut Amca tadi.

“Saya sedang studi di Trabzon.”

Setelah sedikit berbasa-basi, beliau menggoyangkan kepalanya ke kiri sambil mengedipkan mata kirinya, “Kemari, ayo minum teh!” Gerakan kepala tadi adalah cara menyatakan sebuah ajakan. Khas orang Turki.

Maka dibawalah saya ke çayhane (kedai teh) langganan Amca itu, kemudian diperkenalkan kepada seluruh kawannya di sana.

Çayhane
“Inilah saudara muslim kita yang datang jauuuh dari Indonesia.”

Para pelanggan di kedai teh menoleh ke arah saya. Yang mulanya menganggur sedikit demi sedikit merapat, menanti sepatah dua patah cerita dari mulut saya. Saya pun mulai bercerita soal Indonesia, sebisa mungkin menjawab rasa penasaran mereka tentang negeri muslim terbanyak di dunia.

Sebuah obrolan santai pun mengalir hingga gelas kosong, menyisakan sendok teh terbaring di atas gelas pertanda ini gelas teh terakhir saya. Sudah, jangan diisi lagi.

Saya pun beranjak mohon pamit untuk melanjutkan aktivitas. “Semoga Allah ridha atasmu Amca.”

“Sampai ketemu lagi, in syaa Allah. Kalau longgar, silahkan datang kemari. Kita ngobrol lagi.” Beliau mengantarkan saya hingga pintu keluar çayhane.

“Sampai jumpa Amca. Fi amanillah,” balas saya.

Lumayan lah teh gratis kala dingin menusuk sore itu. Benar-benar menghangatkan; Teh kepada raga, Kebersamaan kepada jiwa. “Innamal mu’minuna ikhwah,” ucapan Amca di sela obrolan tadi selalu terngiang di pikiran saya. Bahwa kita semua terikat dalam persaudaraan hanya karena iman. Tanpa batas suku, adat, ras dan bangsa. Alhamdulillah…

***


“Gönül ne çay ister ne çayhane; Gönül sohbet ister, çay bahane.”

Hati bukannya inginkan teh, bukan pula kedai teh;
Hati sekedar ingin berbincang, teh hanya alasan.

3 comments:

  1. saya lagi cari gelas teh ini.. bisa diinfo dimana belinya?

    ReplyDelete
  2. saya lagi cari gelas teh ini.. bisa diinfo dimana belinya?

    ReplyDelete
  3. saya sangat senang sekali membaca tulisan anda, sampai saya membayangkan betapa hangatnya suasana dalam kedai teh. setiap saya melihat serial drama turki, saya selalu melihat gelas teh bebentuk tulip tsb, saya mencari2 di swalayan terdekat d kota saya sampai skrng belum ketemu,, he,,he,,,
    salam kenal dari mojokerto

    ReplyDelete